Journal 2 "Behaviorisme Watson & Staats"
Behaviorisme adalah teori belajar
yang menyatakan semua perilaku dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan
melalui proses yang disebut pengkondisian. Dalam suatu percobaan yang
kontroversial di tahun 1921, Watson dan asisten risetnya melakukan eksperimen
terhadap seorang balita bernama Albert. Pada awal eksperimen, balita tersebut
tidak takut terhadap tikus. Ketika balita memegang tikus, Watson
mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita menjadi takut dengan
suara yang tiba-tiba dan keras sekaligus takut terhadap tikus. Akhirnya, tanpa
ada suara keras sekalipun, balita menjadi takut terhadap tikus.
Pada tahun 1913 ketika John Watson
menulis sebuah artikel berjudul 'Psikologi sebagai pandangan behavioris,' ia menetapkan
sejumlah asumsi mendasar mengenai metodologi dan analisis perilaku antara lain :
Semua perilaku dipelajari dari lingkungan. Behaviorisme merupakan faktor
lingkungan dan mengesampingkan faktor bawaan. Behaviorisme terutama berkaitan
dengan perilaku yang dapat diamati, sebagai lawan dari peristiwa internal
seperti pemikiran dan emosi. Ada sedikit perbedaan antara pembelajaran yang
terjadi pada manusia dan pada hewan lain tikus dan merpati menjadi sumber data
utama bagi para behavioris, karena lingkungan mereka dapat dikontrol dengan
mudah. Perilaku adalah hasil dari stimulus-respon.
Arthur W. Staats memperluas
behaviorisme ke bidang psikologi. Menurut Staats ada tiga repertoar perilaku
yang membentuk teori kepribadian. Pertama repertoar motorik sensorik, kedua repertoar
kognitif-linguistik, ketiga repertoar
emosional-motivasi. Saat lahir, seorang bayi kekurangan semua repertoar
ini. Ketika mereka tumbuh, mereka memperolehnya melalui pembelajaran yang
kompleks dan menjadi mampu menangani berbagai situasi. Repertoar perilaku dasar
individu dan pengalaman hidup mereka akan membentuk perilaku mereka dan,
akibatnya, kepribadian mereka.
Menurut saya percobaan behaviorisme
yang dilakukan oleh Watson sangat tidak baik. Karena menejadikan anak-anak
menjadi trauma dan ketakutan akan suatu hal. Sedangkan Staats memperluas
behaviorisme ke bidang psikologi, yang membuat behaviorisme menjadi lebih baik.
Dalam mendidik anak kita tidak boleh memaksakan anak mengerjakan sesuatu dengan
baik dan hasilnya harus memuaskan, tetapi kita juga harus mempertimbangkan
bagaimana kondisi psikologis anak tersbut juga. Dalam belajar hasil bukanlah
yang terpenting yang terpenting adalah bagaimana proses anak tersebut belajar
perkembangan anak tersebut ke arah yang baik. Pertanyaannya adalah apakah
metode behaviorisme ini cocok untuk dilakukan di pendidikan saat ini? Yang saya
ingin tau lebih lanjut adalah apakah ada metode-metode belajar yang lebih baik
dari behaviorisme.
Komentar
Posting Komentar